Indeks berita terkini dan terbaru hari ini
Baca :  Terpopuler: Fahmi Idris Meninggal Karena Kanker Hingga Kiwil Kena Virus

37+ Mockup Psd File Background

0

Cariberita.co.id – Kanker paru-paru hingga kini masih terbilang cukup tinggi. Berdasarkan data Globocan 2020, penyakit kanker paru-paru berada pada urutan ketiga tertinggi setelah kanker payudara dan kanker serviks.

Lebih parahnya, di Indonesia sendiri justru kanker paru-paru lebih banyak terjadi pada usia muda. Hal ini disampaikan langsung oleh Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) dr Sita Andarini PhD, SpP (K).

Berdasarkan keterangan dr Sita, dibandingkan luar negeri, kasus kanker paru-paru di Indonesia justru lebih banyak terjadi pada usia muda.

Kanker Paru-Paru (pexels.com)
Kanker Paru-Paru (pexels.com)

“Usia kanker paru di Indonesia lebih muda. Iya betul. Kalau kita lihat data di luar negeri, kanker paru itu umurnya 68.  Data di Indonesia, 10 tahun lebih muda, median usia tengah dari penderita kanker yaitu 58 tahun,” jelas dr Sita media gathering Memperingati World No Tobacco Day, Rabu (31/5/2023).

Baca Juga:
Ternyata Alasan Pilu Ini Bikin Aldi Taher Selalu Ingin Bertingkah Konyol

Alasan banyaknya kasus usia muda alami kanker paru-paru karena kebiasaan merokok. Hal ini karena usia muda di Indonesia sudah mulai merokok. Sementara dampak jangka panjang dari merokok itu adalah bisa sebabkan kanker paru-paru.

“Kenapa? Karena mulai merokok di Indonesia, lebih muda dibandingkan luar negeri.  Satu itu, usianya lebih muda,” sambungnya.

Tidak hanya itu, kasus kanker paru-paru juga lebih banyak menyerang perempuan dibanding laki-laki. Tingginya angka kanker paru-paru ini karena untuk melakukan pemeriksaan dini cukup sulit. Pasalnya, dibanding kanker payudara yang bisa diketahui secara fisik, kanker paru-paru justru sulit.

“Kedua, adalah selain usia lebih muda, perempuan lebih banyak. Sementara  kalau payudara mungkin setiap orang sadari atau periksa payudara sendiri. Kalau kanker paru, awarnessnya meningkat karena covid,” ujar dr Sita.

Baca :  Tambah Terus, Indonesia Kedatangan 2,7 juta Vaksin Covid-19 dari Australia

Meski demikian, bukan berarti tidak ada upaya yang dapat dilakukan untuk skrining dan deteksi dini kanker paru-paru. Berdasarkan keterangan dr Sita, seseorang bisa mencegah dengan berhenti merokok serta pola hidup sehat. Penting juga lakukan skrining dan deteksi dini khususnya pada orang dengan risiko tinggi.

Baca Juga:
Aldi Taher Makin Kocak setelah Jadi Penyintas Kanker: Aku Begini biar Happy Terus, Nggak Boleh Sedih

“Pencegahannya tentu saja merokok dll dihindari.  Selain itu skrining dan deteksi dini. Skrining sebelum gejala muncul pada orang yang risiko tinggi, deteksi dini kalau muncul gejala.  Apa gejalanya? Empat, batuk, batuk darah, nyeri dada dan sesak nafas,” pungkas dr Sita.

Leave A Reply

Your email address will not be published.