Indeks berita terkini dan terbaru hari ini
Baca :  Ada Lebih dari 12 Gejala Omicron di Malam Hari yang Bisa Muncul, Simak Apa Saja

37+ Mockup Psd File Background

0

Cariberita.co.id – Menjadi korban ghosting memang bisa membuat hancur, terlebih jika kita sudah merasa memiliki ikatan yang dalam dengan pelaku ghosting.

Kasus ghosting dapat membuat sang korban berpikiran negatif tentang dirinya sendiri. Misalnya, korban merasa ada yang salah dengan dirinya hingga orang lain yang disukai memutuskan komunikasi secara tiba-tiba.

Namun, terapis hubungan Darcy Sterling yang berbasis di New York City mengatakan bahwa itu adalah hal yang normal.

“Ketika seseorang di-ghosting, mereka bisa merasa dibuang atau, bahkan, hanya menjadi pengganti saja. Mereka terjebak bertanya-tanya dan berasumsi mengapa mereka di-ghosting,” ujar Sterling, dilansir dari Insider.

Baca Juga:
6 Ciri Pria yang Perlu Dipertahankan dalam Hubungan Asmara, Harus Sayang Keluarga

Ilustrasi smartphone (pixabay)
Ilustrasi korban ghosting (pixabay)

Harga Diri Berperan dalam Seberapa Besar Rasa Sakit Korban Ghosting

Menurut Sterling, lamanya hubungan tidak menentukan seberapa sakitnya menjadi korban ghosting.

Sebaliknya, harapan yang dimiliki seseorang terhadap suatu hubungan dan harga diri mereka sendirinya lah yang menentukan seberapa besar pengalaman tersebut jadi begitu menyakitkan.

Apabila korban pernah berjuang melawan perasaan harga diri rendah dan kemudian jadi korban ghosting, mereka dapat mengalami kesulitan dalam melupakan kejadian buruk itu.

“Itu bisa membawa seseorang ke ‘lubang kelinci’, mempertanyakan nilai mereka sendiri,” imbuh terapis Kellu Scott.

Baca Juga:
Bongkar Hubungan Rizky Febian dengan Mahalini, Sule: Jangan Baper

Baca :  Pedoman Terbaru Tata Laksana Covid-19 Edisi Januari 2022: Ivermectin Dicabut, Pasien Gejala Ringan Tak Perlu Dirawat
Leave A Reply

Your email address will not be published.