Indeks berita terkini dan terbaru hari ini
Baca :  Menkes Budi Gunadi: 69 Persen Korban Meninggal karena COVID-19 Belum Vaksinasi

37+ Mockup Psd File Background

0

Cariberita.co.id – Kondisi pandemi Covid-19 yang telah terjadi selama lebih dari dua tahun telah menyebabkan penumpukkan sampah medis di seluruh dunia.

Berbagai limbah medis seperti jarum suntik bekas, alat uji bekas, dan botol vaksin bekas saat ini telah menumpuk hingga puluhan ribu ton. Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyebut, tumpukan sampah tersebut memiliki risiko kesehatan berbahaya bagi manusia dan lingkungan.

Beberapa limbah medis bisa saja menjadi sumber penularan virus corona, membuat petugas kesehatan mengalami luka bakar, luka tertusuk bekas jarum suntik, juga terpapar kuman penyebab penyakit dari alat medis lainnya, kata laporan WHO.

Masyarakat yang tinggal dekat dengan tempat pembuangan sampah yang dikelola buruk juga dapat terpengaruh melalui udara karena terkontaminasi dari pembakaran sampah, kualitas air yang buruk atau hama pembawa penyakit.

Baca Juga:
Tembus 91 Pasien Terkonfirmasi Covid-19, Pemkot Yogyakarta Kaji Aturan Baru untuk Warga

Laporan WHO itu menyerukan reformasi dan investasi, termasuk melalui pengurangan penggunaan kemasan berbahan plastik dan menggunakan alat pelindung yang bisa dipakai dalam waktu lama juga dapat didaur ulang.

Dikutip dari Channel News Asia, WHO memperkirakan ada sekitar 87.000 ton alat pelindung diri (APD), atau setara dengan berat beberapa ratus paus biru, telah dipesan melalui portal PBB hingga November 2021. Sebagian besar APD itu diperkirakan telah berakhir sebagai limbah medis.

Melalui laporannya, WHO juga menyebutkan sekitar 140 juta alat uji menghasilkan 2.600 ton limbah, sebagian besar sampah plastik juga limbah kimia yang setara untuk mengisi sepertiga kolam renang Olimpiade.

Selain itu, diperkirakan bahwa sekitar delapan miliar dosis vaksin yang diberikan secara global telah menghasilkan tambahan 144.000 ton limbah dalam bentuk botol kaca, jarum suntik, jarum, dan kotak pengaman.

Baca :  Kabar Baik, Vaksin Covid-19 Booster Turunkan Gejala Berat Omicron 7 Kali Lipat

Laporan WHO itu tidak menyebutkan contoh spesifik di mana penumpukan limbah medis yang paling parah terjadi.

Baca Juga:
Positif Corona, Giorgino Abraham Emosi Dituduh Terima Endorsement Covid-19

Tetapi, berkaca dari peristiwa sebelum pandemi covid-19 terjadi, pengolahan dan pembuangan limbah resmi yang terbatas banyak terjadi di pedesaan India serta sejumlah besar lumpur tinja dari fasilitas karantina di Madagaskar.

Bahkan sebelum pandemi, sekitar sepertiga fasilitas kesehatan tidak dilengkapi untuk menangani beban limbah yang ada, kata WHO. Sekitar 60 persen dari masalah limbah medis yang ada di dunia hanya tersebar di negara-negara miskin.

Leave A Reply

Your email address will not be published.