Indeks berita terkini dan terbaru hari ini
Baca :  5 Efek Samping Operasi Bariatrik, Pilihan Para Artis Demi Menurunkan Berat Badan

37+ Mockup Psd File Background

0

Cariberita.co.id – Kabupaten Garut belum lama ini melaporkan adanya 7 kasus baru difteri pada warga Desa Sukahurip. Hal ini diketahui dari Surat Keputusan Bupati Nomor 100.3.3.2/KEP.91-DINKES/2023. Kondisi itu membuat Garut menetapakan status kejadian luar biasa (KLB).

Menanggapi hal tersebut, Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin membenarkan hal tersebut. Budi mengatakan, KLB difteri yang terjadi di garut kemungkinan terjadi karena vaksinasinya menurun setelah munculnya Covid-19 pada 2020 lalu.

“Difteri di Garut memang itu vaksinasinya berkurang gara-gara ada Covid-19 itu kan kita vaksinasinya agak berkurang,” ucap Budi saat diwawancarai di acara Lokapala 2023: Saatnya Berubah, Rabu (22/2/2023).

Ilustrasi difteri. [Istimewa]
Ilustrasi difteri. [Istimewa]

Budi mengatakan, nantinya tim akan dikirim untuk menangani kasus KLB difteri di Garut tersebut. Pihaknya ingin fokus menangani kurangnya vaksinasi.

Baca Juga:
Bahas Status Pandemi Covid-19 Jadi Endemi, Menkes Budi Gunadi Mau Temui Kepala WHO

“itu akan kita tangani, kita akan kirim tim ke sana. Daerah sana memang vaksinasinya kurang, imunisasinya kurang,” jelas Budi.

Lebih lanjut, pihak Kemenkes juga akan mengidentifikasi daerah-daerah yang imunisasinya kurang. Menurut Budi, kejadian difteri ini kasusnya mirip dengan polio beberapa waktu lalu. Kasusnya muncul kembali karena masyarakat dan tenaga kesehatan berfokus pada vaksinasi Covid-19.

Akibat dari fokus yang terbagi ini, imunisasi pada anak-anak justru tertinggal. Oleh sebab itu, muncul kembali KLB seperti difteri maupun polio.

“Jadi sekarang kita identifikasi daerah mana yang imunisasinya kurang, ini kejadiannya sama kayak polio kan, pada saat covid karena banyak kinerja abis untuk vaksinasi covid sehingga beberapa imunisasi anak tertinggal,” ujarnya.

Budi menuturkan, pihaknya sudah melihat beberapa daerah yang hingga kini cakupan vaksinasi difterinya masih kurang. Setelah diketahui, hal tersebut akan segera melakukan tindakan demi mencegah munculnya kasus baru.

Baca :  4 Tips Diet untuk Meredakan Gejala Menopause: Konsumsi Daging Hingga Tahu dan Tempe

Baca Juga:
4 Cara untuk Mencegah Penyakit Difteri, Yuk Terapkan!

“Jadi nanti kita udah lihat daerah-daerah mana yang kurang difteri. Itu nanti kita ketahui,” pungkas Budi.

Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi dr Siti Nadia Tarmizi dalam keterangannya menjelaskan, terdapat beberapa langkah yang dilakukan agar KLB difteri tidak meluas. Beberapa langkah yang diterapkan di antaranya:

  1. menetapkan status KLB difteri sebagai pemberitahuan bahwa situasi sudah darurat .
  2. Puskesmas membuat posko KLB difteri di lokasi .
  3. Melakukan tata laksana kasus sesuai dengan pedoman (pengambilan swab, pemberian ADS sesuai rekomendasi ahli, isolasi kasus).
  4. Memberikan profilaksis kepada semua kontak erat.
  5. Menunjuk Pemantau minum Obat (PMO) profilaksis (kader, toma atau petugas kes setempat).
  6. Pembatasan aktivitas di luar rumah bagi yang sakit.
  7. Tetap melakukan protokol kesehatan terutama di daerah /lokasi KLB dengan menjaga jarak dan penggunaan masker.
  8. Melakukan Outbreak Respond Immunization (ORI) sesuai arahan komite ahli.
  9. Melakukan koordinasi dengan lintas sektor dalam penanganan kasus difteri.
  10. Sosialisasi tentang penyakit difteri dan pentingnya imunisasi kepada masyarakat.
  11. Meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap.
  12. Melakukan ORI (outbreak respon immunization) di wilayah garut.

Leave A Reply

Your email address will not be published.