Indeks berita terkini dan terbaru hari ini
Baca :  Studi: Vaksinasi Covid-19 Pada Ibu Hamil Hasilkan Antibodi yang Bertahan Lama pada Bayi

37+ Mockup Psd File Background

0

Cariberita.co.id – Pasien COVID-19 mungkin tidak perlu menunggu lama setelah terinfeksi untuk mengetahui apakah mereka akan mengembangkan sindrom COVID-19 pasca-akut (PACS), yang juga dikenal sebagai Long Covid-19.

“Kami bisa mengidentifikasi sedini mungkin siapa yang berisiko terkena Long Covid-19,” kata Dr. Onur Boyman, rekan penulis studi dan peneliti di departemen imunologi di University Hospital Zurich dikutip dari Fox News.

Gejala Long Covid-19 yang paling sering dilaporkan adalah kelelahan, disapnea (sesak napas) dan ganguan kognitif atau kabut otak yang meliputi kehilangan konsentrasi dan memori, dan rasa sakit dan nyeri di tempat yang berbeda.

Sindrom ini juga disebut sebagai sindrom pasca-COVID pada pasien yang telah terinfeksi virus corona. Tetapi, pasien Covid-19 ini terus mengalami efek samping dan gejala jangka panjang.

Baca Juga:
Ahli Sebut Virus Corona Varian Omicron Tingkatkan Risiko Long Covid-19

“Perkiraan menunjukkan bahwa 10-10 persen orang yang terinfeksi virus corona Covid-19 akan berakhir dengan Long Covid-19,” Dr. Greg Vanichkachorn, direktur medis dari Rehabilitasi Aktivitas COVID di Mayo Clinic.

Ilustrasi Virus Corona Covid-19. (Pixabay)
Ilustrasi Virus Corona Covid-19. (Pixabay)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan sindrom tersebut sebagai gejala yang bertahan selama setidaknya tiga bulan setelah pasien terinfeksi virus corona.

Tapi, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mendefinisikan kondisi pasca-Covid pada pasien virus corona setelah 4 minggu terinfeksi.

Para peneliti Swiss mendefinisikan Long Covid-19 sebagai persistensi satu atau lebih gejala terkait virus corona selama lebih dari 4 minggu setelah dimulainya gejala awal virus corona.

Tim mengevaluasi riwayat medis dari 175 pasien yang didiagnosis dengan virus corona Covid-19 dan membandingkannyua dengan 40 pasien sehat tanpa virus corona.

Baca Juga:
Total Ada 19 Pemain Madura United Positif Virus Corona

Baca :  Antibodi dari Vaksin Covid-19 mRNA Lebih Efektif Melawan Virus Corona daripada Kekebalan Alami? Begini Kata Hasil Riset

Mereka menemukan 82,2 persen pasien dengan infeksi parah mengalami Long Covid-19 dan 53,9 persen pasien dengan infeksi ringan mengalami Long Covid-19.

Para penulis menemukan pasien yang mengembangkan Long Covid-19 memiliki tingkat antibodi IgM dan IgG3 yang lebih rendah. Antibodi membantu melawan infeksi dalam aliran darah.

Para penulis menyebut respons antibodi ini sebagai imunoglobulin. Karena, antibodi yang terdeteksi stabil dari waktu ke waktu, tidak seperti penanda inflamasi yang hanya meningkat di awal infeksi.

Dr. Claire Steves, seorang dosen klinis senior di King’s College London, mengatakan penelitian ini memiliki keterbatasan karena tidak mempertimbangkan status vaksinasi pesertanya.

“Padahal penting untuk mempertimbangkan ini, karena sudah lebih banyak orang yang vaksinasi,” kata Dr. Claire Steves.

Leave A Reply

Your email address will not be published.