Indeks berita terkini dan terbaru hari ini
Baca :  Covid-19 Meroket Hingga 27.179 Kasus, Epidemiolog: Puncaknya Bisa Sampai 500 Ribu Pasien

37+ Mockup Psd File Background

0

Cariberita.co.id – Baru dua bulan tahun 2022 berjalan, di Indonesia sudah ada 145 orang meninggal karena demam berdarah dengue atau DBD. Meski begitu, tak sedikit yang masih menganggap remeh penyakit ini.

Fase DBD sendiri punya pola yang unik, dan tidak semua orang mengetahuinya. Dokter spesialis anak Konsultan Penyakit Infeksi & Tropis Anak, Dr. dr. Debbie Latupeirissa, Sp.A (K) menjelaskan bahwa DBD memiliki fase berbahaya yang perlu dikenali dan diwaspadai, terlebih pada anak yang umumnya tidak bisa menjelaskan kondisi yang dirasakannya.

“Jika pasien DBD telah memasuki fase berbahaya, dan terjadi pada anak-anak berusia lebih kecil yang belum dapat mengutarakan kondisi mereka, banyak yang kemudian dirawat di rumah sakit untuk dipantau lebih ketat kondisinya,” ujar Dr. Debbie melalui keterangannya kepada suara.com, Senin (28/2/2022).

Lebih lanjut, ia menjelaskan secara rinci 3 fase DBD yang harus diketahui dan diawasi dengan baik, untuk mencegah perburukan. Berikut penjelasannya:

Baca Juga:
Ini Perbedaan Gejala Omicron dan DBD, Waspadai Jika Mengalami Beberapa Tanda Ini!

1. Fase Awal atau Fase Febrile

Fase awal setelah ditemukan infeksi DBD dari gejala demam tinggi, beberapa nyeri di belakang mata, sakit kepala, dan nyeri sendi. Lalu dilakukan tes laboratorium, dan ditemukan sel darah merahnya atau trombosit terus menurun.

Fase febrile belum terjadi perdarahan, berlangsung selama 1 hingga 3 hari, lalu berlanjut di hari ke-4 dan ke-5 demam sudah menurun.

2. Fase Kritis

Banyak orangtua merasa tenang saat demam anak sudah turun, padahal dalam DBD, ini adalah fase kritis, dan banyak yang mengira anak sudah sembuh padahal ada risiko terjadinya syok dan bisa berakibat fatal.

Baca Juga:
Kasus DBD Menjangkit di Karimun, Paling Banyak Serang Anak-anak

Baca :  Meski Bisa Sembuh dengan Sendirinya, Pasien DBD dengan Kriteria Ini Perlu Dirawat di Rumah Sakit

“Selain itu, dapat terjadi pula penurunan trombosit lebih jauh yang ditandai dengan perdarahan, seperti mimisan, gusi berdarah atau timbul bintik-bintik merah pada kulit yang spontan,” ungkap Dr. Debbie.

Leave A Reply

Your email address will not be published.