Indeks berita terkini dan terbaru hari ini
Baca :  Tekan Angka Stunting, Ini Pentingnya Rumah Sakit Punya Integrated Child Center (PICC)

37+ Mockup Psd File Background

0

Cariberita.co.id – Permasalahan mengenai stunting perlu mendapatkan perhatian penanganan bersama bukan cuma pemerintah, melainkan juga seluruh komponen masyarakat turut berperan dalam penurunan angka stunting di Indonesia.

Lebih jelasnya dr. Reisa Broto Asmoro dalam siaran bersama Kementerian Kesehatan bertajuk “Cegah Stunting Semua Penting” pada 1 Maret 2023 lalu, menyampaikan bahwa stunting bahkan bisa terjadi sebelum sang ibu mengandung dan status remajanya. Dokter Reisa menegaskan bahwa bayi stunting tidak hanya terlihat dari tinggi badannya yang lebih pendek namun ada faktor-faktor di dalam tubuh yang mempengaruhi.

“Dilihat dari organ dalamnya terutama otot, pada anak yang mengalami stunting ini tidak terbentuk dengan baik atau optimal. Sebetulnya stunting ini bisa memperlambat perkembangan otak,” imbuhnya.

Pencegahan stunting disampaikan dr. Reisa bisa diupayakan melalui gerakan ABCDE oleh calon orangtua maupun sudah menjadi orangtua. Di antaranya:

Baca Juga:
Relawan GMC Jateng Resmikan Kampung Ganjar Pranowo dan Sosialisasi Cegah Stunting

  • A, aktif minum tablet penambah darah dan vitamin sejak remaja putri pun saat hamil.
  • B, bumil teratur memeriksa kehamilan minimal enam kali.
  • C, cukup konsumsi protein hewani.
  • D, datang ke posyandu setiap bulan guna mengetahui dan memastikan anak tumbuh dengan baik sesuai buku KIA dengan bantuan dan pantauan tenaga kesehatan ahli.
  • E, eksklusif ASI minimal enam bulan.

Berdasarkan penuturannya, dr. Reisa juga menegaskan bahwa kerjasama semua pihak dalam upaya pencegahan stunting itu sangat penting, bukan hanya dari peran ibu semata.

“Mulai dari pencegahan ABCDE tadi semuanya ada andil dari pasangan, ayahnya atau sang suami. Sehingga dukungan pasangan, dukungan keluarga ini sangat-sangat penting untuk mencegah stunting. Semoga target menurunkan angka stunting ini bisa benar-benar tercapai nantinya dan Indonesia bisa bebas stunting, generasi anak-anak kita kedepannya menjadi tangguh,” tambah dr. Reisa.

Baca :  Pakar Heran Ulama Tidak Berani Sebut Rokok Haram, Padahal Lebih Berbahaya dari Alkohol

Stunting selalu diidentikan dengan tubuh kecil atau pendek dibandingkan dengan usianya. Nyatanya, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang terjadi pada balita akibat kurang gizi dalam jangka waktu yang lama atau paparan infeksi dari kurangnya stimulasi.

Keadaan stunting yang patut dikhawatirkan selain keadaan fisik yang berbeda adalah akan adanya keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, bahkan bisa mempengaruhi penyakit-penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes sampai obesitas.

Berdasarkan data tahun 2022 angka stunting di Indonesia mengalami penurunan dari 24,4% menjadi 22,6%. Berangkat dari data tersebut, pemerintah mencanangkan program penurunan angka stunting pada tahun 2024 diangka sebesar 14%.

Baca Juga:
Peringati Hari Gizi Nasional, GMC Sosialisasi Upaya Pengentasan Stunting Hingga Resmikan Kampung Kolaborasi di Bogor

“Sementara itu data SSGI tahun 2022 menunjukkan kalau stunting ini terjadi sebelum lahir dan meningkat 1,6 kali pada rentang usia 6 sampai 12 bulan sebesar 13,8% kemudian 12 bulan sampai 23 bulan itu sebesar 22,4%,” tutupnya. (Shilvia Restu Dwicahyani)

Leave A Reply

Your email address will not be published.