Indeks berita terkini dan terbaru hari ini
Baca :  Diet Karnivora Disebut Dapat Menurunkan Berat Badan, Namun Pakar Peringatkan Kekurangannya

37+ Mockup Psd File Background

0

Cariberita.co.id – Awkarin, alias Karin Novilda, menyebut media sosial sebagai platform yang sangat toxic. Sebab, banyak orang menggunakan jejaring sosial sebagai ‘ajang pamer’, alih-alih menunjukkan hal positif yang sebenarnya.

Menurut gue, media sosial itu toxic banget, untuk hal-hal yang sebenarnya tujuannya bukan memberi vibrasi positif. Istilahnya mungkin ada yang sekedar pamer atau mungkin ada tujuan tertentu terhadap individual tertentu,” tulis Awkarin yang diunggah ulang oleh akun Instagram @insta.nyinyir.

Memang, peningkatan penggunaan media sosial selama 10 tahun terakhir menyebabkan lonjakan besar dalam jumlah waktu yang dihabiskan orang untuk online.

Ini penting karena kaum muda semakin menjalani kehidupan mereka di dunia maya. Selama ini pula, mereka rentan menjadi sasaran intimidasi (cuber bullying), penyebaran rumor, dan melihat hal yang tidak realistis tentang kehidupan orang lain, menurut laman Liberties.

Baca Juga:
Sebut Media Sosial Dipenuhi Toxic, Awkarin Malah Diserang: Ngomongin Diri Sendiri ya?

Media sosial dapat memengaruhi kesehatan mental penggunanya. Berbagai penelitian menunjukkan sering menggunakan media sosial berisiko membuat orang cemas, depresi, dan kesepian.

Bahkan, penggunaan media sosial telah terbukti dapat meningkatkan risiko melukai diri sendiri dan bunuh diri.

Ilustrasi media sosial (pexels)
Ilustrasi media sosial (pexels)

Tanda media sosial telah memengaruhi kesehatan mental

Menurut laman Help Guide, media sosial menjadi masalah jika membuat seseorang mengabaikan hubungan tatap muka, mengalihkan perhatian dari pekerjaan atau sekolah, atau membuat rasa iri, marah, hingga tertekan.

Indikator media sosial telah memengaruhi kesehatan mental yakni:

Baca Juga:
Awkarin Masih Panggil Gangga Kusuma ‘Sayang’ usai Putus, Auto Kena Julid: Kesannya Ngemis

  • Menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial daripada dengan teman-teman dunia nyata.
  • Membandingkan diri sendiri secara tidak baik dengan orang lain di media sosial.
  • Mengalami cyberbullying.
  • Kehidupan sekolah atau pekerjaan terganggu.
  • Tidak punya waktu untuk refleksi diri.
  • Terlibat dalam perilaku berisiko untuk mendapatkan ‘like’ atau reaksi positif di media sosial.
  • Pola tidur bermasalah.
  • Memburuknya gejala kecemasan atau depresi.
Baca :  Revisi UU ITE Harus Paksa Media Sosial Transparan soal Konten Ilegal

Semua dampak negatif tersebut dapat dicegah maupun dihilangkan dengan mengubah gaya hidup dan mengurangi waktu penggunaan media sosial.

Leave A Reply

Your email address will not be published.