Indeks berita terkini dan terbaru hari ini
Baca :  Viral Perempuan Alami Kulit Melepuh Usai Minum Obat, Dokter Jelaskan Sindrom Stevens Johnson

37+ Mockup Psd File Background

0

Cariberita.co.id – Diet menurunkan berat badan bukan hal mudah bagi sejumlah orang. Lantaran harus mengubah pola makan jadi lebih sehat dengan porsi berkurang drastis. Tindakan itu pun kerap kali menimbulkan rasa lapar saat waktu awal diet.

Meski diet bisa saja dilakukan mandiri tanpa bantuan medis, tapi bagi orang tertentu, konsuktasi ke dokter spesialis gizi klinik bisa jadi satu jalan keluar demi target menurunkan berat badan bisa berhasil. Dokter spesialis gizi klinik Slimming Center by Dr. Wong, dr. Nathania, Sp.GK., mengatakan bahwa pola makan juga aktivitas fisik memang jadi kunci keberhasilan menurunkan berat badan.

“Kalau pernah coba diet 800 sampai 1200 (kalori) aja itu udah bikin laper banget. Karena sebenarnya manusia itu untuk sekadar nafas, detak jantung, itu juga butuh membakar kalori,” kata dokter Nathania saat konferensi pers kapsul balon dari Allurion di Slimming Center by Klinik Permata Wong di Jakarta, Kamis (6/7/2023).

Seiring perkembangan teknologi kedokteran, metode diet terbaru masa kini rupanya bisa dilakukan dengan memasukan balon ke dalam lambung. Tujuannya, untuk mengganjal lambung agar tubuh lebih cepat merasa kenyang.

Baca Juga:
5 Manfaat Air Rebusan Kayu Manis untuk Kesehatan, Cocok untuk Diet!

Ilustrasi balon di dalam lambung untuk diet. (Pixabay)
Ilustrasi balon di dalam lambung untuk diet. (Pixabay)

Balon yang dimaksud mulanya berbentuk kapsul yang ditelan secara oral. Kemudian akan mengembang begitu sudah berada di dalam lambung karena dimasukan cairan secara perlahan. Dokter Nathania mengatakan kalau balon tersebut bervolume 550 ml atau setara dengan satu porsi makan nasi padang.

Balon lambung itu terbuat dari bahan polyurethane yang akan menjadi kenyal setelah diisi cairan khusus.

“Tujuannya, agar perut terasa kenyang karena sebagian ruang pencernaan di lambung terisi dengan balon,” kata dokter Nathania.

Baca :  Indonesia Terbitkan Sertifikat Vaksin Internasional Sesuai Standar WHO, Apa Fungsinya?

Balon itu akan berada di dalam lambung selama empat bulan. Selama itu pula, pasien akan dipantau oleh dokter gizi terkait asupan makanannya. Lantaran kemungkinan akan menjadi lebih mudah kenyang, dokter Nathania mengatakan kalau makanan tinggi protein akan lebih diutamakan agar pasien tidak kekurangan nutrisi.

Setelah empat bulan, benang pengikat pada balon akan terlepas dan cairan pun keluar dengan sendirinya. Begitu pula bahan balon yang akan terolah dengan sendirinya di saluran cerna. Meski begitu ia memastikan kalau segala bahan tersebut telah aman dikonsumsi.

Baca Juga:
Perlukah Konsumsi Protein Selama Olahraga? Begini Penjelasan Para Ahli

“Selama empat bulan terpasang balon itu, pasien akan diinterfensi untuk diet rendah kalori. Tapi makannya harus yang sehat, gak boleh gorengan, minuman manis. Makanya pasien tidak akan merasa kelaparan,” jelasnya.

Akan tetapi, bila pasien tetap bandel tidak menjaga pola makan juga mengubah gaya hidup sekalipun lambungnya telah diganjal balon tersebut, dokter Nathania memastikan kalau diet bisa jadi tetap gagal.

Karena, bila kebiasaan memaksa tubuh tetap makan padahal sudah merasa kenyang, lambung akan tetap bisa menampung karena sifatnya yang elastis.

“Jadi lambung manusia itu bisa melar. Tidak ada kapasitas pasti berapa banyak dia bisa menampung. Dia itu bagaikan handuk yang dilipat-lipat,” ujarnya.

Itu sebabnya, pasien yang sudah memasang balon di lambungnya harus tetap didampingi dokter gizi untuk memastikan pola makannya berubah lebih sehat selama empat bulan pertama.

Berdasarkan studi dari Allurion Technology terhadap 100 ribu pasiennya di dunia diklaim bahwa lebih dari 90 persen orang bisa mempertahankan pola makan juga berat badannya selama setahun setelah memakai balon tersebut.

Baca :  Kewajiban Vaksinasi COVID-19 di Austria Ditunda, Apa Alasannya?

Leave A Reply

Your email address will not be published.