Indeks berita terkini dan terbaru hari ini
Baca :  Dunia Dilanda Pandemi Senyap Resisten Antimikroba Bikin Gampang Sakit, Gimana Cara Cegahnya?

37+ Mockup Psd File Background

0

Cariberita.co.id – Seorang pria berusia 50 tahun mengalami halusinasi selama dua hari setelah mengonsumsi antibiotik untuk mengobati pneumonia bakteri.

Selama dua hari tersebut, pria yang sama sekali tidak memiliki riwayat penyakit mental dan baru pertama meminum antibiotik, mengalami perubahan suasana hati, membuatnya mudah tersinggung dan mulai berbicara tidak jelas.

Berdasarkan Live Science, perilaku tersebut merupakan gejala mania, suatu kondisi yang ditandai dengan tingginya tingkat energi secara tidak normal dibarengi dengan pikiran dan perilaku yang tidak menentu.

Ketika memeriksakan diri ke unit psikiatri di Jenewa, pria tersebut mengaku malam sebelumnya baru saja meminum antibiotik pertamanya. Lalu, ia merasa sekarat dan mengalami halusinasi, seolah-olah mendengar Tuhan berbicara kepadanya.

Baca Juga:
Cara Kerja Antibiotik, dari Mencegah Berkembang Biak hingga Mematikan secara Langsung

Dokter mendiagnosisnya dengan antibiomania, efek samping langka dari pengobatan antibiotik.

Ilustrasi (Foto: shutterstock)
Ilustrasi antibiotik (Foto: shutterstock)

Dalam laman BMC Psychiatry, istilah antibiomania pertama kali muncul pada 2002, mengacu pada gejala manik yang disebabkan oleh antibiotik.

Meski banyak laporan khusus, pengetahuan tentang fenomena ini masih kurang.

Psikolog dan psikiater di Catholic University of Leuven (KU Leuven), Belgia, Pascal Sienaert, mengaku telah melihat beberapa kasus lain.

“Saya telah melihatnya, dalam pengalaman saya sendiri, setidaknya tiga kasus, satu dengan episode berulang,” jelas Sienaert.

Baca Juga:
Ketua Satgas IDI Ungkap 5 Obat Covid-19 Tak Guna dan Punya Efek Samping: Dari Antibiotik Hingga Ivermectin

Ia dan rekan-rekannya menemukan bahwa salah satu antibiotik yang dikonsumsi pria tersebut, Clarithromycin, merupakan obat yang paling sering terlibat dalam kasus antibiomania. Antibiotik lannya adalah quinolone ciprofloxacin dan ofloxacin.

Pria dari Jenewa ini akhirnya tidak membutuhkan antipsikotik, dan dokter meresepkannya dengan lorazepam, obat untuk mengobati kecemasan dan kejang. Seminggu setelah berhenti mengonsumsi antibiotik, pria itu tidak lagi mengalami gejala manik.

Baca :  Bikin Terenyuh, Begini Momen Pertemuan Ibu dan Anak Setelah 10 Tahun Tak Jumpa

Mekanisme interaksi antara antibiotik dan sistem saraf pusat (termasuk otak) masih belum diketahui. Namun, Sienaert memiliki beberapa hipotesis, salah satu beberapa kelas antibiotik dapat memengaruhi sistem GABAergik otak.

Antibiotik bertindak sebagai penghambat asam gamma-aminobutirat (GABA), neurotransmitter yang bertanggung jawab untuk meredam neuron yang tereksitasi.

Leave A Reply

Your email address will not be published.