Indeks berita terkini dan terbaru hari ini
Baca :  Banyak Dikonsumsi, Jangan Mudah Percaya Tentang 4 Mitos Vitamin C Ini!

37+ Mockup Psd File Background

0

Cariberita.co.id – Pesinetron Aliando Syarief mengungkap bahwa dirinya didiagnosis menderita gangguan obsesif kompulsif atau obsessive compulsive disorder (OCD) sejak 2019 lalu. Inilah sebabnya ia sempat vakum dari dunia hiburan.

Lelaki 25 tahun ini mengaku kondisinya cukup ekstrem, membuatnya seperti berdebat dengan pikirannya sendiri.

“Cukup mengganggu karena rasanya campur aduk. kita kayak berantem sama pikiran sendiri. (Misalnya) Lagi main tiba-tiba disuruh ngulang sama pikiran gue. Kalau nggak, akan ada yang celaka,” tutur Aliando dalam siaran langsung Instagram, Kamis (27/1/2022).

Pemain Ganteng-ganteng Serigala (GGS) ini mengatakan bahwa dirinya sudah mengalami gejalanya saat masih kelas 2 SD.

Baca Juga:
Hits Health: Mitos Nanas Mencegah Kehamilan, Minum Viagra Campur Jeruk Nipis Bikin Greng

Berdasarkan Health Line, gangguan obsesif kompulsif (OCD) merupakan kondisi kesehatan mental kronis di mana penderita merasakan obsesi yang tidak terkendali sehingga menyebabkan perilaku kompulsif.

Aliando Syarief menceritakan tentang penyakit gangguan mental OCD ekstrem [Instagram/@rumpi_gosip]
Aliando Syarief menceritakan tentang penyakit gangguan mental OCD ekstrem [Instagram/@rumpi_gosip]

Kondisi ini sering dicirikan sebagai seseorang yang sangat terorganisir, rapi, atau bersih. Padahal, OCD lebih dari hal itu.

Menurut Everyday Health, OCD merupakan salah satu kondisi kesehatan yang paling disalahpahami. Kemungkinan karena penggambaran yang memicu stereotip.

Karenanya, penting untuk mengetahui fakta sebenarnya dari OCD.

1. Mitos: Semua orang rapi dan terorganisir menderita OCD

Baca Juga:
Nanas Bisa Mencegah Kehamilan, Mitos atau Fakta?

Salah satu tanda OCD adalah obsesi terhadap kebersihan, seperti terus-menerus mencuci tangan. Tetapi kebersihan juga bisa termasuk ke dalam kepribadian.

“Jika itu adalah kepribadian, Anda memiliki kendali. (Artinya) Anda dapat memilih untuk melakukannya atau tidak. Tapi jika Anda menderita OCD, Anda melakukannya karena sedang cemas parah,” jelas direktur eksekutif International OCD Foundation, Jeff Szymanski.

2. Mitos: OCD selalu tentang kebersihan

Baca :  Kasus Baru Menurun Tapi Kematian Meningkat, Epidemiolog Ingatkan Pemerintah Agar Tidak Kecolongan!

Menjaga kebersihan bukanlah satu-satunya dan tidak semua penderita OCD memiliki obsesi terhadap kebersihan.

Perilaku kompulsi atau berulang lainnya bisa berupa menimbun barang, selalu memeriksa ulang bahwa tidak ada kesalahan, ketakutan atas kejadian buruk yang dirasa dapat terjadi jika tidak melakukannya, dan mengulangi rutinitas seperti membuka atau menutup pintu.

3. Mitos: OCD berakar pada masa kecil

Banyak orang secara keliru percaya bahwa pengidap OCD tumbuh dalam lingkungan hancur atau akibat dari harga diri yang buruk.

“Apa yang terjadi di masa kecil tidak ada hubungannya dengan OCD saat Anda dewasa,” jelas Szymanski.

Namun, ia mencatat, gangguan obsesif kompulsif tidak berjalan dalam keluarga dan peneliti percaya genetika mungkin menjadi salah satu faktor risikonya.

4. Mitos: OCD jarang terjadi pada anak-anak

Setidaknya satu dari setiap 200 anak-anak dan remaja mengidap OCD. Szymanski mengatakan gangguan mental ini dapat muncul pada balita usia 4 tahun.

Ia menambahkan bahwa setidaknya ada empat atau lima anak di sekolah dasar yang menderita OCD, dan 20 siswa di SMP atau SMA.

5. Mitos: stres menyebabkan OCD

Bukan berarti saat sedang bersantai atau berhenti terobsesi penderita OCD akan sembuh. Szymanski mengatakan kondisinya tidak sesederhana itu.

OCD memicu ketakutan dan kecemasan yang tak terkendali dan stres dapat memperburuk gejalanya. Tetapi stres bukanlah penyebabnya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.